Malang kini telah memiliki dua perempuan yang menjabat sebagai Rektor Perguruan Tinggi. Salah satunya Prof.Dr. Dyah Sawitri, SE., MM yang kini melanjutkan jabatannya sebagai rektor Universitas Gajayana (UNIGA) Malang.
Ini merupakan periode kedua Ibu Dyah menjabat sebagai Rektor Universitas Gajayana (UNIGA) Malang. Menanggapi hal ini, Dyah percaya diri mengatakan bahwa kaum wanita itu juga bisa menjadi seorang pemimpin. Wanita juga memiliiki karakter bagaimana untuk mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan yang diemban suatu institusi Perguruan Tinggi.
Rektor kampus yang berdiri sejak 20 Mei 1980 ini mengungkapkan bahwa dalam menyelesaikan masalah seorang wanita menyelesaikan dengan cara yang lebih cantik. Bukannya sesuka hati, namun dengan prinsip kekeluargaan. Solusinya harus baik, sehingga semua dapat mendapatkan value dari situ.
Kampus yang memiliki semboyan WE GIVE THE BEST ini berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Gajayana Malang. Dyah berharap lulusan UNIGA dapat mengaplikasikan ilmunya tidak hanya dari segi knowledge dan skill namun juga karakter yang dibangun Universitas Gajayana Malang.
Universitas Gajayana telah meluluskan lebih dari 11.000 Alumni yang terdiri dari Sarjana (S-1), Program Pascasarjana (S-2) dan program profesi Akuntansi (PPA).
Program pertama yang diusulkan oleh Bu Dyah ini dilandaskan pada aturan penting dalam sebuah Universitas yaitu mengupayakan untuk mempunyai dosen yang kompeten dan mempunyai jabatan fungsional karena hal tersebut merupakan kebutuhan organisasi.
Sejauh ini UNIGA tidak mengubah program karena pakem SNDikti No. 50 tahun 2018 dan KKNI No.8 tahun 2012 yang menekankan secara jelas bahwa prinsip pendidikan berlandaskan atas asas Tri Darma Perguruan Tinggi.
Seorang dosen harus melakukan penelitian, pendidikan dan pengabdian serta dosen yang profesional harus memiliki jabatan yang fungsional. Mengacu pada kedua faktor ini, UNIGA berupaya meningkatkan dan menguatkan sumber daya yang dimiliki.
Berbeda dengan lima tahun sebelumnya, pihak universitas juga akan lebih berinvestasi dalam science and technology. Sehingga seluruh civitas akademik UNIGA dapat menerapkan proses pembelajaran berbasis IT.
Nantinya mahasiswa pun akan lebih ramah teknologi, ramah informasi sehingga terbiasa dalam kehidupannya sehari-hari berhadapan dengan hal semacam itu.
Menurut Dyah, era saat ini memang modern, namun masih perlu diimbangi dengan attitude (sikap) atau karakter.
“Karakter seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia mengucap salam, menyapa, ramah senyum, sopan santun dan jujur. Karakter merupakan manifestasi nyata pendidikan SNDikti dan KKNI yang didalamnya menjunjung tinggi sopan santun dan kejujuran. Pendidikan karakter inilah yang hendak ditonjolkan UNIGA,” ungkapnya saat ditemui oleh tim infokampus.news. (Nik/Rfl)
0 Komentar